Search

~Untuk Imam, 33~ (Special Anniv)


Ah, waktu..
Aku tak merasakan gerak geriknya. Tapi nyata, ia selalu membawaku pada masa yang berlainan. Seperti hari ini, hari di mana kau menjemput hatiku pulang. Tanpa banyak basa-basi, pun tanpa tetek bengek yang bertele-tele, kau tetapkan hati menempuh jarak yang tak pernah terbayangkan. Sebab kau pun sudah lama merindu.

Dan usai kalimat sakral itu gagah kau ucapkan, entah bagaimana setiap harinya aku jatuh cinta kepadamu lima kali sehari; pagi, siang, sore, malam, subuh. Ini ‘jatuh’ yang paling nikmat seumur hidupku. Dan aku ketagihan. Tiap sore, aku selalu berdebar menyambutmu pulang, bahkan hingga hari ini. Dan saat kau tiba di daun pintu, aku bergegas meraih punggung tanganmu lalu menciumnya takzim. Saat itulah hatiku kembali berdesir, tak terkatakan. Aku sangat menyukai aroma peluh yang tersisa di sekujur tubuhmu. Bagiku itu adalah wewangian surga. Kadang-kadang kau tak pede duduk berdekatan denganku, apalagi kalau aku bersandar manja di dadamu. “sana, abang bau!” itu katamu. Dan hei, aku semakin tertarik menggodamu. Untuk itu aku berani mengatakan bahwa pepatah tua itu benar adanya, cinta memang buta. Hehe.. ;)

Suamiku abang Sunardi, kuyakin kau sudah mulai paham dengan diriku, pun dengan sifat dan watakku yang kadang-kadang menjengkelkan. Adakalanya aku malu meminta maaf kepadamu atas kesalahanku yang berulang. Bukan perkara gengsi, tapi karena aku paham betul bahwa kata-kata maaf itu tak akan berarti lagi jika terlalu sering diucapkan untuk kesalahan yang sama. Ia akan menjadi hambar. Meski begitu, aku tetap melihat dadamu penuh dengan lautan kesabaran, yang di dasarnya selalu kutemukan kata maaf. Ah, kau baik sekali sayang..

Terus terang, saat aku menuliskan surat ini, aku mati-matian menahan air mata agar tak tumpah. Sebab aku menuliskan ini di ruang kerja, ruang di mana rekan-rekan duduk bersisian denganku. Kan malu kalau ketahuan dan ditanya kenapa tetiba aku menangis.

Abang, ketahuilah..cita-citaku cuma satu, yakni menjadi sebaik-baik hamba bagiNya, dan sebaik-baik qurrata a’yun bagimu. Aku memang tertatih untuk meraihnya. Untuk itu kumohon, bersabarlah. Bersabarlah dengan segala sifatku yang belum matang. Bersabarlah menempuh waktu dalam mengajakku membangun pilar sakinah yang kokoh. Dan bersabarlah dengan aku yang teramat jauh dari sempurna. Sebab aku adalah tulang rusukmu yang bengkok.

Hari ini, aku tak mengharapkan adanya tart. Sebab aku tahu kau tak menyukai itu. Kau sangat berbeda dalam memaknai ulang tahun, anniv, dan semacamnya. Aku hanya berdo’a agar kau selalu diberi Allah kesehatan, keberkahan dan kemudahan urusan di dunia dan akhirat. Cepat sembuh dari tenggorokan yang meradang, batuk yang mengganggu dan pilek yang menyerang. Dekya mencintaimu sepenuh hati..

Selamat ulang tahun perkawinan, sayang..
18 Okto 2015 – 18 0kto 2016

Bengkulu, saat matahari mulai meninggi

Tidak ada komentar

Posting Komentar