Search

Napaktilas Pernikahan, Persil 1



Saat itu usiaku sudah 27 tahun, dan aku masih sendiri. Jangan ditanya apakah aku tidak galau perkara jodoh. Mungkin lebih dari itu, aku tak tau lagi membahasakannya. Targetku ingin menikah di usia 25 meleset begitu saja. Aku selalu cemas menapaki waktu. Tapi aku terus berusaha menghibur diri, bahwa setiap hari berganti itu berarti pertemuan jodohku semakin dekat.

Sebelumnya aku perlu menjelaskan dulu sekilas bagaimana aku tumbuh menuju dewasa. Masa puber sama sekali tak kuisi dengan pacaran. Setiap ada yang naksir aku menghindar sebisa mungkin. Dan setiap ada yang mau nembak, aku cepat-cepat lari. Kan aku gak mau mati ditembak. hehehe..Sampe-sampe teman sekelasku nyeletuk, “kurasa kau gak normal Dahlia”. Omakjaaang...menyakitkan kali omongan orang-orang ini.

“Kelen pikir pacaran itu sudah normal? Yang gak normal itu kalau gak punya rasa cinta. Lha ini, aku kan punya rasa dan pernah jatuh cinta. Tapi jatuh cinta gak mesti pacaran kan?” kataku membela diri. Mereka tersenyum misterius. Kubiarkan saja mereka menilai masing-masing.

Terus terang ketika itu aku tak tau kalo Islam melarang pacaran. Omakku juga ketika mewanti-wantiku agar tak pacaran tidak membawa-bawa nama Islam, sekali pun dia guru Agama Islam di sebuah SD negeri di kampungku. Yang kutau adalah bahwa pacaran itu banyak ruginya. Kutengok kawan-kawanku yang pacaran sering dipegang-pegang tangannya. Enak kali gratis-gratis megang tangan orang, pikirku. belum lagi setiap hari Senin ada saja yang wajahnya kusut kayak dikunyah lembu karena malam minggunya gak sukses. Ujung-ujungnya gak semangat belajar dan suntuk saja sepanjang hari. Jadi, bohong besar kalau katanya punya pacar itu bisa bikin semangat belajar.

Pendeknya, sampai aku tamat kuliah, aku masih saja awet jadi jomblo. Jangan ditanya berapa orang yang mendekatiku, buaaanyaaak lah pokoknya, *ceile..kelen boleh percaya boleh tidak ya* :P, dan beberapa di antaranya aku juga naksir. Hehehe.. tapi ya itu tadi, giliran mau ditembak aku lari.

Memasuki usia 25, mulailah pertanyaan anyar itu bermunculan. Kapan, Lia? Emang kriterianya gimana sih? Giliran dipaparkan malah ngoceh, mana ada lelaki zaman sekarang yang taat sholat dan gak merokok? Tinggi kali kriteriamu. Bla..bla.bla...

Masuk usia 26, 27, malah makin sadis. Makanya jangan alim-alim kali. Sesekali pake levis gak papa. Atau pergi sana buka aura. Pacaran juga seusia kamu wajar kok. Arrrggghh...cobaan kali lah pokoknya. Kalo gak tebal telinga dan kebal perasaan, mungkin udah stroke mendadak aku.

Satu aja sebenarnya prinsip yang kupertahankan. Bahwa Allah tak menyia-nyiakan usaha hambaNya dalam ketaatan. Nah, perlu kukasih tau bahwa sejak kuliah, makin tak berminatlah aku pacaran karena sudah tau bahwa Allah melarangnya. Dan aku yakin hingga ke ubun-ubun bahwa Allah sudah menyiapkan jodoh eksklusif berkualitas untukku.

Tapi sepasrah-pasrahnya aku, tetap saja kegalauan itu menyelimuti jiwaku. Sehingga jadilah Agustus 2015 lalu merupakan bulan yang amat menyedihkan bagiku. Bagaimana tidak, koncoku yang hanya tinggal semata wayang di kampung itu akan menikah di akhir Agustus. Itu berarti lebaran 2016 aku akan kesepian dan tak semangat lagi untuk mudik.

Beberapa minggu habis lebaran, seseorang mengolokku karena asal ditanya kapan, kujawab tunggu saja kabarnya. Itu-itu saja jawabmu, uda hampir tua pun. Jangan sampe jadi ikan tuna busuk. Allahu rabbi..bernanah kali hatiku. Kadang manusia ini tak manusiawi kali bahasanya. Terlepas dari manusia harus berusaha, tetap saja JODOH itu karunia tuhan. Dan tuhan lebih tau kapan waktu yang tepat memberikannya.
Untung saja ada yang menyambar omongan itu dengan kalimat pendingin hati, “tenang saja kau, sebentar lagi dahlia itu akan menikah”. Katanya asal. Tapi kalimat ngasalanya itu kuaminkan sepenuh hati, sekhusyuk jiwa. Pedih kali kurasa, iya....

Benarlah doa orang tersakiti itu besar peluang maqbulnya. Di akhir Agustus itu juga, tepat seminggu sebelum kawanku di kampung itu menikah, seorang ibu bertanya, “siap menikah, kan? Nanti ibu kasih poto seseorang..
Bersambung....  


Tidak ada komentar

Posting Komentar